PENGERTIAN MANAJEMEN DAN DEFENISINYA
Pengertian manajemen
– Dalam mengartikan dan mendefinisikan manajemen ada berbagai ragam,
ada yang mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen, manajemen
pengurusan dan lain se- bagainya. Bila dilihat dari literatur-literatur
yang ada, pengertian manajemen dapat dilihat dari tiga pengertian:
1. manajemen sebagai suatu proses.
2. manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3. manajemen sebagai ilmu (science) dan sebagai seni (art).
Manajemen
sebagai suatu proses, melihat bagai mana cara orang untuk mencapai
suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pengertian manajemen
sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian menurut :
1. Encylopedia of The Social Science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
2.
Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui
kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk
mencapai tujuan.
3. Georçv R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.
Manajemen
suatu kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau
kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang
yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau
berjalannya aktivitas manajemen disebut manajer.
Manajemen
sebagai suatu ilmu dan seni, melihat bagaimana aktivitas manajemen
dihubungkan dengan prinsip-prinsip dari manajemen. Pengertian manajemen
sebagai suatu ilmu dan seni dari :
1.
Chaster I Bernard dalam bukunya yang berjudul JTAe^Bnctíon of the
Executive, bahwa manajemen yaitu seni dan ilmu, juga Henry Fajol, Alfin
Brown Harold, Koontz Cyril O’donnel dan GerQge K Terry.
2. Marry Parker FoUett menyatakan bahwa manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Dari
devinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen yaitu
koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
MANAJEMEN SEBAGAI ILMU DAN SENI
Manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan (James A.F Stoner, Management, Prentice/ Hall International,
Inc., Englewood Cliffs, New York, 1982, halaman 8)
Kata Manajemen
berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan
dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya,
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur
dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Sementara
itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal; dalam berbagai bidang seperti
industri, pendidikan, kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya.
Dengan kata lain efektif menyangkut tujuan dan efisien menyangkut cara
dan lamanya suatu proses mencapai tujuan tersebut.
Ilmu manajemen
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disistemisasi, dikumpulkan dan
diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode ilmiah
yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah dalam manajemen.
Manajemen
sebagai ilmu (science) yang obyektif-rasional, bisa dipelajari oleh
siapa pun. Bahkan para ilmuwan dengan sangat fasih menguraikan
teori-teori manajemen yang dikembangkannya. Tetapi apakah mereka mampu
menerapkan dalam lingkup organisasi terkecil, minimal di lingkungan
kerjanya, itu soal lain.
Teori-teori manajemen hanya memberi sejumlah
peluang, atau kemungkinan-kemungkinan, tanpa ada kepastian
keberhasilan. Teori manajemen hanya dapat membimbing kepada prestasi dan
hasil yang lebih baik. Sebagai ilmu, manajemen dengan sangat sistematis
merupakan suatu uraian menyeluruh mengenai konsep-konsep dan
langkah-langkah praktis yang siap implimentasi. Manajemen sebagai ilmu
karena manajemen bisa dipelajari seperti halnya ilmu pengetahuan. Seni
karena keragaman. Manajemen sebagai profesi karena manajemen bias
digunakan sebagai batu pijak dan karir.
Manajemen sebagai seni
Selain
sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni. Hal ini disebabkan
oleh kepemiminan memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan,
kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antaramanusia yang semuanya itu
banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan aga susah untuk dipelajari.
Manajemen sebagai ilmu karena manajemen bisa dipelajari seperti halnya
ilmu pengetahuan. Seni karena keragaman. Manajemen sebagai profesi
karena manajemen bias digunakan sebagai batu pijak dan karir.
Luther
Gulick mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan
yang berusaha secara sistematis untuk memahai mengapa dan bagaimana
manusia berkerjasama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama
ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Manajemen bukan hanya
merupakan ilmu atau seni, tetapi kombinasi dari keduanya. Kombinasi ini
tidak dalam proporsi yang tetap, tetapi dalam prporsi yang
bermacam-macam.
Dengan mengandalkan manajemen sebagai seni (art),
sementara seni berhubungan dengan bakat, dan karenanya bersifat alamiah,
maka pengetrapan manajemen hanya mungkin bagi mereka yang terlahir
memang berbakat. Dengan cara pandang ini, teori manajemen hanya
memberikan sejumlah prosedur, atau sebagai pengetahuan yang sulit
diterapkan. Karena proses manajamen ditentukan oleh subyektivitas, atau
style.
Selain itu juga, beberapa ahli seperti Follet menganggap
manajemen adalah sebuah seni. Hal ini disebabkan oleh kepemimpinan
memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan
menjalin hubungan antaramanusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh
bakat seseorang dan sulit dipelajari.
Manajemen sebagai Profesi
Banyak
usaha telah dilakukan untuk mengaplikasikan menajemen sebagai suatu
profesi. Edgar H. Schein telah menguraikan kriteria-kriteria untuk
menentukan sesuatu sebagai profesi yang dapat diperinci sebagai berikut:
1.
Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip- prinsip umum.
Adanya pendidikan, dan program-program latihan formal menunjukkan bahwa
ada prinsip-prinsip manajemen tertentu yang dapat diandalkan.
2. Para
profesional mendapatkan status tertentu, bukan karena favoritisme atau
karena suku bangsa atau agamanya dan kriteria politik atau sosial
budayanya.
3. Para profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat, dengan disiplin untuk mereka yang menjadi kliennya
Manajemen
telah berkembang menjadi bidang yang semakin profesional melalui
perkembangan yang menyolok program-program latihan manajemen di
universitas maupun diberbagai lembaga manajemen swasta, dan melalui
pengembangan para eksekutif organisasi (perusahaan).
UNSUR-UNSUR UTAMA DALAM PROSES MANAJEMEN
Dalam
manajemen terdapat unsur-unsur atau komponen-komponen yang membuatnya
menjadi suatu proses yang berifat mengatur dan mengontrol, unsur
tersebur seperti:
1. Perencanaan: memutuskan apa yang harus terjadi
di masa depan (hari ini, minggu depan, buland epan, tahun depan, setelah
lima tahun, dsb.) dan membuat rencana untuk dilaksanakan.
Planning
adalah kegiatan seorang manajer dalam menyusun rencana. Menyusun rencana
berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang
dimiliki. Agar dapat membuat rencana secara teratur dan logis,
sebelumnya harus ada keputusan terlebih dahulu sebagai petunjuk
langkah-langkah selanjutnya.
Dalam perencanaan, ada proses seperti 1)
pemilihan atau penetapan tujuan dari organisasi, dan 2) penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, anggaran dan
standar yang dibuthkna untuk mencapai tujuan.
2. Pengorganisasian: membuat penggunaan maksimal dari sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana dengan baik.
Organizing
berarti menciptakan suatu struktur organisasi dengan bagian-bagian yang
terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antarbagian-bagian satu
sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur
tersebut.
Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah
manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Pengorganisasian
seperti, 1)penentuan sumberdaya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi, 2) perencanaan dan pengembangan suatu
organisasi, 3) penugasan tanggung jawab tertentu, dan 4) pendelegasian
wewenang yang di[perlukan kepada individu untuk melaksanakan
tugas-tugasnya.
3. Leading/Kepemimpinan dan motivasi: memakai
kemampuan di area ini untuk membuat yang lain mengambil peran dengan
efektif dalam mencapai suatu rencana.
Actuating adalah suatu tindakan
untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai
sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja
dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang
dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
4. Pengendalian: monitoting memantau kemajuan rencana, yang mungkin membutuhkan perubahan tergantung apa yang terjadi
Controlling
adalah proses pengawasan performa perusahaan untuk memastikan bahwa
jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang
manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional
perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin
besar mengevaluasinya
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar
yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan
dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai
tujuan.
TINGKATAN MANAJEMEN & KETERAMPILAN MANAJERIAL
Dilihat dari tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
1. Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer
bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan
manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur,
direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak
adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep
untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya. Misal:
2. Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen
menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya
keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain.
Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya
suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3. Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager
bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan
oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki
keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup
prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal:
supervisor/pengawas produksi, mandor.
Berikut adalah skema manajemen berdasarkan tingkatanya:
Dilihart dari kegiatan yang dilakukan :
- Manajer Fungsional, bertanggung jawab pada suatu kegiatan unit organisasi (produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dll
- Manajer Umum, bertanggung jawab atas semua kegiatan unit.
Didalam melaksanakan tugas, setiap tingkatan manajer mempunyai ungsi utama atau keahlian yang berbeda yaitu:
1.
Keahlian Teknik (Technical Skill) yaitu keahlian tentang bagaimana cara
mengaerjakan dan menghasilkan sesuatu yang teriri atas pengarahan
dengan motivasi, supervisi, dan kemunikasi .
2. Keahlian Manajerial
(Managerial Skill) yaitu keahlian yang terkait dengan hal penetapan
tujuan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dan
pengawasan.
Keterampilan Manajer
Secara umum, terdapat emat keterampilan manajer pada masing-masing tingkat manajer:
1. Keterampilan konseptual
Ketrampilan atau kemampuan mental untuk mengkordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.
2. Keterampilan Kemanusiaan
Kemampuan untuk saling bekerja sana dengan memahami dan memotivasi orang lain.
3. Keterampilan Administrasi
Kemampuan yang ada hubungannya dengan fungsi manajemen yang dilakukan.
4. Keterampilan Teknik
Kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur, dan metode dari suatu bidang tertentu.
Robert
L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer
membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan
tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer
tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat
konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide
serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana
kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran
ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut
sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan
konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain
kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan
keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang
lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang
persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang
dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan
akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap
terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada
tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan
ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih
rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan
suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer,
memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain
tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua
keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[5]
1. Keterampilan manajemen waktu
Merupakan
keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk
menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan
contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer,
Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia
bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji
Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari
sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat
merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang
jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka
miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti
membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
2. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan
kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik
dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling
utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top
manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan.
Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari
berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua,
manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah
alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus
mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan
mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
Pada
pengertian tersebut dikatakan bahwa manajemen adalah proses pencapaian
tujuan melalui kerja orang lain. Dengan demikian berarti dalam manajemen
terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:
1. ada tujuan yang hendak dicapai,
2. ada pemimpin (atasan),
3. ada yang dipimpin (bawahan),
4. ada kerja sama.
Khusus
menyangkut masalah pemimpin (atasan) harus memiliki berbagai kemampuan (
skills). Kemampuan ( skills) yang dimaksud terdiri dari:
1.
Managerial skills (entrepreneurial), yaitu kemampuan untuk
mempergunakan kesempatan secara efektif serta kecakapan untuk memimpin
usaha-usaha yang penting.
2. Techological skills, yaitu keahlian khusus yang bersifat ekonomis teknis yang diperlukan pada pelaksanaan pekerjaan ekonomis.
3. Organisational skills, yaitu kecerdasan untuk mengatur berbagai usaha.
Dalam
kenyataannya tidak setiap pemimpin harus memiliki seluruh kemampuan
dengan tingkat intensitas yang sama. Sebab pemimpin itu sendiri dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tingkatan. Sehingga kemampuan yang harus
dimilikinya pun tentu berbeda.
Adapun tingkatan kepemimpinan atau manajemen terdiri dari:
1. Top Management (Manajemen Tingkat Atas)
2. Middle Management (Manajemen Tingkat Menengah)
3. Lower Management (Manajemen Tingkat Rendah).
Jumlah
manajemen pada setiap tingkatan tergantung pada besar kecilnya suatu
organisasi atau instansi. Namun demikian, biasanya Top Management
jumlahnya akan lebih sedikit dari pada Middle Management, dan Middle
Management lebih sedikit daripada Lower Management.
Jadi semakin
tinggi kedudukan seseorang, semakin banyak memerlukan keterampilan
administrasi/manajemen, tetapi keterampilan operasionalnya semakin
rendah. Sebaliknya semakin rendah kedudukan seseorang, maka keteramplian
operasionalnya semakin tinggi, sedangkan keterampilan
administrasinya/manajemennya makin rendah.
Dengan
bahasa yang sederhana, sebetulnya ketiga jenis tingkatan manajemen
tersebut bekerja pada waktu yang sama, tetapi jenis kegiatannya berbeda.
Manajemen Tingkat Atas lebih banyak bekerja dengan pikiran, sedikit
sekali bekerja secara fisik atau tenaga. Manajemen Tingkat Menengah,
antara kerja pikir dengan kerja fisik boleh dikatakan seimbang.
Sedangkan Manajemen Tingkat Bawah, bekerja dengan pikiran sedikit
sekali, sementara dengan fisik atau tenaga amat besar/banyak.
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Fungsi
manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat
di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama
kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry
Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas
menjadi tiga, yaitu:
Perencanaan (planning)
adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.
Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer
mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan
kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan
untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan,
fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Pengorganisasian (organizing)
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang
harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas
tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas
tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
Pengarahan (directing)
adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha
Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri
Frank dan
Lillian Gilbreth.
Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat
setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang
dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia
yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan
alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun
skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar
(seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut
Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf
th
tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara
yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema
itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan
batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan
menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu
bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui
penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga
gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang
dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior,
ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan
saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih
produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti
statistik,
model optimasi,
model informasi, atau
simulasi komputer—untuk
membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh,
pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil
kebijakan pengalokasian sumber daya;
analisis jalur kritis (
Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (
economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer selama
Perang Dunia II.
Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang
digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di
sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang
dijuluki "
Whiz Kids." Para perwira yang bergabung dengan
Ford Motor Company
pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model
kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.
Klasifikasi
Ada 6 macam teori manajamen diantaranya:
- Aliran klasik:
Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi
manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada
penerapan fungsi-fungsi tersebut.
- Aliran perilaku:
Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia.
Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia da perlunya manajemen
memahami manusia.
- Aliran manajemen Ilmiah:
aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk
mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif
merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah
manajemen.
- Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
- Aliran manajemen berdasarkan hasil:
Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh
Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran
hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.
- Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen
MANAJEMEN DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL
Definisi Lingkungan
Manajer
adalah orang yang melakukan kegiatan manajemen. Lebih lengkap lagi
manajer adalah individu yang bertanggung jawab secara langsung untuk
memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan bersama para
anggota dari organisasi
Faktor-faktor Lingkungan Eksternal Mikro dan Makro
Lingkungan
ekstern atau eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar
organisasi, dimana unsur-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan
diketahui terlebih dahulu oleh manajer, disamping itu juga akan
mempengaruhi manajer di dalam pengambilan keputusan yang akan dibuat.
Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi contohnya yaitu perubahan
perekonomian, peraturan pemerintah, perilaku konsumen atau masyarakat,
perkembangan teknologi, politik dan lain sebagainya.
Lingkungan
eksternal dibagi menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan
makro. 1. Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai
pengaruh langsung terhadap kegiatan manajemen. Lingkungan eksternal
makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung.
Tanggung Jawab Soal Manajer
Perubahan
konsep manajerial dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Seorang
manajer mempunyai tanggung jawab social atas keputusan-keputusan yang
diambil, mengapa dikatakan demikian karena mempengaruhi dalam pencapaian
tujuan organisasi baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka
panjang, disamping itu juga menyangkut hajat hidup orang banyak yang
kesemuanya menggantungkan dirinya kepada organisasi tersebut (ini kalau
dilihat dari segi dimana seseorang bekerja). Atas dasar ini maka seorang
manajer dituntut untuk dapat mengimplementasikan etika berusaha (the
ethics of manager). Ada lima faktor yang mempengaruhi keputusan manajer
dalam etika berusaha ini, yaitu hukum; peraturan-peraturan pemerintah
termasuk di dalamnya undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah;
kode etik industri dan perusahaan tekanan-tekanan sosial; tegangan antar
standar perorangan dan kebutuhan organisasi